TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Marasmus
adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
Marasmus
adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit
klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
(Nelson, 1999:212).
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi
(kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila
kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup
lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.( Mochtar,
2001).
Marasmus
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi,
2001:196).
Marasmus
adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit
klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
http://teguhsubianto.blogspot.com.
Gizi
buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara
berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan
(standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan
standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi
kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang
disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor
(Dorland, 2000).
Marasmus
adalah salah satu bentuk kekurangan gizi Kurang Energi Protein(KEP). Kurang Energi Protein terjadi saat
kebutuhan tubuh akan energi, protein, dan lemak tidak tercukupi oleh makanan.
Marasmus terjadi saat adanya kekurangan energi yang parah. Marasmus dapat
disebabkan oleh asupan makanan yang sangat kurang, penyakit infeksi,
prematuritas, maupun penyakit pada masa neonatus. Asupan makanan yang berkurang
dapat disebabkan oleh ketiadaan pangan ataupun kemiskinan yang menyebabkan
ketidakmampuan membeli makanan. Selain itu, penyakit yang menyebabkan
peningkatan kebutuhan energi, nafsu makan berkurang, dan gangguan penyerapan
zat gizi dapat pula menyebabkan kekurangan energi protein.
2.2
Etiologi
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah
sebagai berikut:
1. Masukan makanan yang
kurang
Marasmus
terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya
pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi
Infeksi
yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis
kongenital.
3. Kelainan
struktur bawaan
Misalnya:
penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus,
cystic fibrosis pancreas.
4. Prematuritas dan
penyakit pada masa neonates
Pada
keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang
5. Penyebab utama
marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan
orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
(Nelson,1999).
6. Marasmus dapat
terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang
diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti
infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan
metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr.
Solihin, 1990:116).
2.3
Menifestasi Klinis
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai
dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor
pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang
dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba
waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar.
Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,
mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi
biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
Selain
itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan
kurus kering tampak seperti orangtua
2. Anak
tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
3. Cengeng,
rewel
4. Kulit keriput (turgor kulit
jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaringan
lemak subkutis sangat sedikit bahkan sampai Jaingan subkutan
hilang
7. Iga gambang
8. Kelaparan
9. Sering
disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit
kronik
10. Tekanan
darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.
2.4
Tanda dan
Gejala
Menurut FKUI (1985 :
361), Ngastiyah (2005 : 259) dan Markum (1991 : 166) tanda dan gejala dari
marasmus adalah :
1.
1. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.
2.
Diare.
3.
Mata besar dan
dalam.
4.
Wajah seperti orang tua.
5.
Pertumbuhan dan
perkembangan terganggu.
6.
Terjadi atrofi
otot.
7.
Jaringan lemak dibawah kulit akan
menghilang, kulit keriput dan turgor kulit menurun
8.
Perut membuncit
atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
9.
Nadi lambat dan
metabolisme basal menurun.
10. Vena
superfisialis tampak lebih jelas.
11. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.
12. Anoreksia.
13. Sering bangun malam.
2.5
Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi
manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi
oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein
terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah
jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah
menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein
lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina
Mursada, 2002:11).
2.6
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan
Fisik
a. Mengukur TB dan BB
Menghitung
indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
b. Mengukur ketebalan lipatan
kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep)
ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
dapat
diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak
dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan
lemak
normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
c. Status gizi juga dapat diperoleh
dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa
tubuh
yang tidak berlemak).
2.
Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
2.7
Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan
diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit
tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi
cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera
setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat
status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji
manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji
tanda-tanda vital.
a. Penatalaksanan Diet
Tujuan
Diet :
Memberikan Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan
keadaan
pasien untuk mencapai keadaan gizi optimal.
Secara
garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam
jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya
pengobatan, meliputi :
- Pengobatan/pencegahan terhadap
hipoglikemi, hipotermi,
dehidrasi.
- Pencegahan jika ada
ancamanperkembangan renjatan septik
- Pengobatan infeksi
- Pemberian makanan
- Pengidentifikasian dan pengobatan
masalah lain, seperti
kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.
Menurut Arisman, 2004:105
b. Pemberian Cairan/Makanan
Tahapan pemberian cairan/makanan :
1. Tahapan
Stabilisasi (Initial)
- Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis,
yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan
dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena.
- Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau
Ringer Lactat Dextrose 5%.
- Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula
diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan
dalam 16-20 jam berikutnya.
2. Tahapan Transisi
(Penyesuaian)
Tujuan
: memberi bentuk, jenis, dan cara pemberian makanan yg sesuai dg kemampuan
digesti dan absorbsi penderita.
-
Porsi kecil tapi sering ( 6-12x pemberian sehari)
-
Umur < 1 tahun / BB < 7 kg :
Cair-
semi solid spt mkn bayi, ASI diteruskan bila masih ada dan diperlukan pada saat
setelah makan atau mau tidur.
-
Umur > 1 tahun / BB > 7 kg :
Semi
solid-solid berupa makanan anak 1 th bentuk cair kemudian lunak dan makanan
padat, cairan 150-200 ml/kg BB/hari.
-
Kalori yang diberikan 50- 100 kalori/kgBB/hr dengan protein
2 g/ kgBB/ hari
-
Susu formula / rendah laktosa
-
Bila tak minum susu formula diberi makanan yang yang tak
mengandung protein susu sapi dan bebas laktosa ( preda = formula bubur- tempe).
3. Tahap
Rehabilitasi
- Intake kalori 100- 175 kalori/kgBB/hari. Bentuk jenis dan
cara pemberian disesuaikan dengan makin meningkatnya kemampuan digesti dan
absorbsi.
- Jenis makanan diupayakan disesuaikan dengan apa yang mungkin
dapat diberikan di rumah.
4. Tahapan
Pembinaan
Bimbingan
pada orang tua untuk memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan, dapat dimulai
setiap tahap, dalam bentuk dan jenis makanan yang dapat disediakan oleh mereka
dirumah
Tujuan
: ibu dapat merawat anak KEP dan menghindari berulangnya KEP
-
Intake 100-120 kalori / kgBB/hari, protein 2-3 g/kgBB/hari
-
Anak dengan Gizi Buruk boleh dipulangkan bila terjadi
kenaikan sampai kira-kira 90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu makannya
telah kembali dan penyakit infeksi telah teratasi.
-
Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk
mendapat makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari.
2.8
Komplikasi
1. Infeksi tuberculosisi
2. Parasitosis, disentri
3. Malnutrisi kronik
4. Gagguan tumbuh kembang.
5. Hipoglikemia
6. Hipotermia
7. Dehidrasi
8. Gangguan fungsi vital
9. Gangguan keseimbangan
elektrolit
2.9
Konsep Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian
I. Biodata
a. Identitas pasien, umur, jenis
kelamin, alamat, No.Reg, Diagnosa Medis, identitas penanggung jawab, Tanggal
masuk rumah sakit dll.
II.
Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan
gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan
kekurangan gizi.
c.
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi, Meliputi pengkajian riwayat
prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah
dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini
adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan
kalori dalam waktu relatif lama).
d.
Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian
pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan
pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit pasien dan lain-lain.
e. Pengkajian
Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga,
lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan
lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan
wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan
Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan,
lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
-
Penurunan
ukuran antropometri.
-
Perubahan
rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut).
-
Gambaran
wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra.
-
Tanda-tanda
gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal).
-
Perut
tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi
diare.
-
Edema
tungkai.
-
Kulit
kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy
pavement dermatosis terutama pada
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari
kaki, paha dan lipat paha)
-
f. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium
Anemia selalu ditemukan
terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat
hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang
dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan
kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru
B.
Diagnosa
1. Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan
berkurang).
2. Defisit volume cairan
berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang nya informasi.
6. Perubahan pertumbuhan dan
perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan
sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi.
8. Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).
C.
Intervensi
1. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang).
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi
yang adekuat
Kriteria hasil : meningkatkan
masukan oral.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat diet.
b. Dorong orang tua atau anggota keluarga lain untuk
menyuapi anak atau
ada
disaat makan.
c. Minta anak makan dimeja dalam
kelompok dan buat waktu makan
menjadi
menyenangkan.
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya.
e. Perawat harus ada saat makan untuk
memberikan bantuan, mencegah
gangguan
dan memuji anak untuk makan mereka.
f. Sajikan makansedikit tapi sering.
g. Sajikan porsi kecil makanan dan
berikan setiap porsi secara terpisah.
2. Defisit
volume cairan berhubungan dengan diare.
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria
hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan
tanda-tanda dehidrasi
b. Monitor jumlah dan tipe masukan
cairan
c. Ukur haluaran urine dengan akurat
3. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan
integritas kulit
Kriteria hasil : kulit tidak kering,
tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan
lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasil
ususnya diatas penonjolan tulang
d. Alih baring
4. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi
Kriteria
hasil : Suhu tubuh normal 36,6 C-37,7
C,lekosit dalam batas
normal
Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak
dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan
kesehatan dan keluarga dalam prosedur
control
infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga
bertambah
Kriteria
hasil : Menyatakan kesadaran dan perubahan
pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan
orangtua pasien
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab
pertanyaan sesuai indikasi
c. Dorong konsumsi makanan
tinggi serat dan masukan cairan adekuat
d. Berikan informasi tertulis untuk
orangtua pasien
6. Perubahan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan
ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan : Anak mampu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan usianya.
Kriteria
hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif
atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a.
Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok usia.
b.
Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II.
c.
Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas
perkembangan.
d.
Berikan mainan sesuai usia anak.
7. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat
malnutrisi.
Tujuan : Anak mampu beraktifitas
sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil : Menunjukkan kembali
kemampuan melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas
sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan
melibatkan keluarga pasien
8. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).
Tujuan : Kelebihan volume cairan
tidak terjadi.
Kriteria
hasil : Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema,
memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka
tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan
kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.
Slots Vegas Casino Hotel, NV 89109 - Mapyro
BalasHapusSlots Vegas Casino Hotel, 순천 출장마사지 NV 원주 출장샵 is a 영주 출장마사지 hotel in NV at 89109 US. Check reviews and 논산 출장샵 discounted rates for 광양 출장마사지 AAA/AARP members, seniors,