Pankreatitis (akut dan
kronis)
Pengertian
Pankreatitis
(inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan
intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan
sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak
bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart, 2001; 1338)
Pankreatitis
adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas
diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas. (Doengoes,
2000;558)
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis. (Sandra M. Nettina, 2001).
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis. (Sandra M. Nettina, 2001).
Pankreatitis
adalah reaksi peradangan pankreas (inflamasi pankreas).Pankreatitis merupakan
penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai
dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang
berjalan dengna cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai
pengobatan.
Terdapat
beberap teori tentang penyebab dan mekanisme terjadinya pankreatitis yang
umumnya dinyatakan sebagai otodigesti pankreas.Umumnya semua teori menyatakan
bahwa duktus pankreatikus tersumbat, disertai oleh hipersekresi enzim-enzim
eksokrin dari pankreas tersebut. Enzim-enzim ini memasuki saluran empedu dan
diaktifkan di sana dan kemudian bersama-sama getah empedu mengalir balik
(refluks) ke dalam duktus pankreatikus sehingga terjadi pankreatitis.
Klasifikasi
Berdasarkan The Second International
Symposium on the Classification of Pancreatitis (Marseilles, 1980),
pankreatitis dibagi atas:
·
Pankreatitis akut (fungsi pankreas kembali normal
lagi).
Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin.(Brunner & Suddart).
Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin.(Brunner & Suddart).
ü Pankreatitis
akut tipe interstitial
Secara
makroskopik, pankreas membengkak secara difus dan tampak pucat.Tidak didapatkan
nekrosis atau perdarahan, atau bila ada, minimal sekali.Secara mikroskopik,
daerah intersitial melebar karena adanya edema ekstraselular, disertai sebaran
sel-sel leukosit polimorfonuklear (PMN).Saluran pankreas dapat terisi dengan
bahan-bahan purulen.Tidak didapatkan destruksi asinus.Meskipun bentuk ini
dianggap sebagai bentuk pankreatitis yang lebih ringan, namun pasien berada
dalam keadaan sakit yang akut dan berisiko mengalami syok, gangguan
keseimbangan cairan serta elektrolit dan sepsis.
ü Pankreatitis
akut tipe nekrosis hemoragik
Secara makroskopik tampak nekrosis
jaringan pankreas disertai dengan uh-pembuluh darah sehingga mengakibatkan
perdarahan dan dapat mengisi ruangan retroperitoneal.Bila penyakit berlanjut,
dapat timbul abses atau daerah-daerah nekrosis yang berdinding, yang subur
untuk timbulnya bakteri sehingga dapat menimbulkan abses yang purulen.Gambaran
mikroskopis adalah adanya nekrosis lemak dan jaringan pankreas, kantong-kantong
infiltrat yang meradang dan berdarah ditemukan tersebar pada jaringan yang
rusak dan mati.Pembuluh-pembuluh darah di dalam dan di sekitar daerah yang
nekrotik menunjukkan kerusakan mulai dari inflamasi peri vaskular, vaskulitis
yang nyata sampai nekrosis dan trombosis pembuluh-pembuluh darah.
·
Pankreatitis kronik (terdapat sisa-sisa kerusakan yang
permanen).
Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas.(Brunner & Suddart).
Penyempurnaan klasifikasi dilakukan tahun 1992 dengan sistem klasifikasi yang lebih berorientasi klinis; antara lain diputuskan bahwa indikator beratnya pankreatitis akut yang terpenting adalah adanya gagal organ yakni adanya renjatan, insufisiensi paru (PaO2 = 60 mmHg), gangguan ginjal (kreatinin > 2 mg/dl) dan perdarahan saluran makan bagian atas (> 500 ml/24 jam). Adanya penyulit lokal seperti nekrosis, pseudokista atau abses harus dimasukkan sebagai komponen sekunder dalam penentuan beratnya pankreatitis.Sebelum tumbulnya gagal organ atau nekrosis pankreas
Etiologi
1. Penyakit biliaris
2. Penyalahgunaan alkohol dan obat – obat (alkohol dapat mengubah
komposisi getah pankreas dengan meningkatkan jumlah tripsinogen).
3. Hipertrigliseridemia
4. Hiperkalsemia
5. Idiopati
6. Trauma abdomen
7. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi
8. Proses – proses infeksi
Patofisiologi
Mekanisme yang
pasti tentang bagaimana enzim – enzim yang dibuat oleh pankreas menjadi
teraktivasi untuk melakukan otodigesti kelenjar telah lama diteliti tapi masih
belum diketahui. Beberapa teori mengemukakan bahwa agen toksik seperti alkohol
atau obat – obat dapat mengubah mekanisme pankreas dalam mensekresi enzim
sehingga menyebabkan aktivasi prematur.
Teori lainnya mengemukakan bahwa refluks
isi duodenum yang mengandung enzim teraktivasi memasuki duktus pankreas dan
menyebabkan peradangan. Obstruksi pada duktus biliaris dapat menyebabkan
peningkatan tekanan dan pecahnya duktus pankreatik, aktivasi enzim – enzim
eksokrin pankreas atau refluks empedu dan getah duodenum ke dalam pankreas.
Farkor Etiologik
(Penyakit
billier, alkoholisme)
|
Proses yang memulai
(Refluk empedu, Refluk deudeum) |
Kerusakan pemulihan pankreas
(Edema,
kerusakan faskuler, pecahnya saluran
pankreas)
|
Aktivasi enzim
digestif
|
Lipase
(Penyakit
billier, alkoholisme)
|
·
Fosfolipase A
·
Elastase
·
Kimotreipsin
·
Kalikrein
|
Autogesti
|
Kerusakan
jaringan
|
Nikrosit
Prankreas
|
Manifestasi
klinis
Pada
95 % kasus, pasien dengan pankreatitis mengeluh nyeri hebat pada abdomen. Nyeri
tersebut diyakini disebabkan oleh edema dan distensi kapsul pankreas,
pembakaran kimiawi yang disebabkan oleh aktivasi dari enzim – enzim pankreas
atau kerusakan pada cabang – cabang biliaris. Nyeri paling sering dirasakan
pada daerah mid – epigastrium, tetapi dapat menyebar atau setempat pada kuadran
kiri atas dan seringkali menjalar ke pungggung. Nyeri ini biasanya terasa tiba
– tiba dan umumnya setelah makan banyak atau minum alkohol dalam jumlah banyak.
Nyeri yang
dihubungkan dengan pankreatitis akut ini umumnya hebat dan menetap, tetapi
nyeri dapat meningkat secra bertahap selama beberapa jam. Muntah arena iritasi
refluks adri pankreas yang meradang tidak dapat menghilangkan nyeri dan dapat
persisten. Vomitus mengandung kandungan lambung dan duodenum, umumnya pasien
akan membungkuk sambil meletakkan tangannya di atas abdomen untuk menghilangkan
nyeri.
Demam juga
merupakan gejala yang umum, tetapi biasanya kurang dari 390C. Demam
yang berkepanjangan dapat menandakan adanya komplikasi gastrointestinal dari
penyakit seperti peritonitis, kolesistitis atau abses abdominal. Mungkin
terdapat ikterik ringan karena edema pankreas.
Pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan nyeri tekan abdomen. Juga terdapat dstensi abdomen bagian
atas dan bunyi timpani. Bising usus menurun atau hilang karena proses
peradangan dan aktivasi enzim pada motilitas usus. Selanjutnya terjadi
paralitik ileus, termasuk kehilangan cairan ke dalam lumen usus. Hal ini
memperberat ketidakseimbangan cairan pada penyakit ini.
Pada
pankreatitis hemoragi akut yang parah, pasien akan menunjukkan gejala dehidrasi
dan syok hipovolemik yang jelas. Pasien dengan penyakit pankreatik yang parah
dapat mengalami asites, ikterik atau teraba massa abdomen. Warna pudar kebiruan
pada abdomen bagian bawah (tanda grey turner) atau disekitar area umbilikus
(tanda Cullen) menandakan adanya hemoragi pankreatitis dan penumpukan darah
pada daerah ini. Tanda – tanda ini biasanya tidak tampak selama 1 samapi 2
minggu karena lebih banyak kelenjar pankreas dihancurkan. Lingkar abdomen harus
diukur sedikitnya setiap 4 jam, jika diduga terjadi hemoragi pankreatitis unutk
mendeteksi perdarahan internal.
Pankreatitis akut
Gejala
pankreastitis akut dapat dapat demikian ringan sehingga hanya dapat ditemukan
dengan pemeriksaan konsentrasi enzim-enzim pankreas didalam serum atau dapat
sangat berat dan fatal dalam waktu yang sangat singkat.
Seseorang
yang tiba-tiba mengeluh epigastrium dan muntah-muntah setelah minum alkohol,
permpuan setengah umur yang mengalami serangan seperti kolesistisis akut yang
berat, seorang pria koma yang seolah-olah tampak menderita gangguan pembuluh
darah otak mungkin menderitya pankreastitis.
Keluhan yang
mencolok adalah rasa nyeri yang tiba-tiba, terus menerus dan makin lama makin
bertambah. Kebanyakan nyeri terjadi dibagian epigastrium dan menjalar
kepunggung, kadang-kadang nyeri juga menjalar diperut dan menjalar ke abdomen
bagian bawah.
Pankreatitis kronis
Gejala pankreatitis kronis umumnya
terbagi dalam dua pola.
Yang pertama, penderita mengalami nyeri perut bagian tengah yang menetap, yang beratnya bervariasi.
Yang pertama, penderita mengalami nyeri perut bagian tengah yang menetap, yang beratnya bervariasi.
Yang kedua, penderita mengalami
episode pankreatitis yang hilang timbul, dengan gejala yang mirip dengan
pankreatitis akut ringan sampai sedang. Nyerinya kadang-kadang berat dan
berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari.
Pada kedua pola tersebut, sejalan
dengan perkembangan penyakitnya, sel-sel yang menghasilkan enzim pencernaan,
secara perlahan mengalami kerusakan, sehingga akhirnya rasa nyeri tidak timbul.
Dengan menurunnya jumlah enzim
pencernaan, makanan tidak diserap secara optimal, dan penderita akan
mengeluarkan tinja yang banyak dan berbau busuk. Tinja bisa berwarna terang dan
berminyak dan bahkan bisa mengandung tetesan-tetesan minyak.
Gangguan penyerapan juga menyebabkan
turunnya berat badan. Pada akhirnya sel penghasil insulin mungkin
mengalami kerusakan dan secara perlahan akan menyebabkan kencing manis (diabetes).
Dignostik
·
Pemeriksaan
diagnostik
Tes
– tes terhadap serum lipase dan amilase merupakan tes yang paling spesifik
untuk pankreatitis akut, karena enzim – enzim ini dilepaskan saat sel – sel dan
duktus pankreatik dihancurkan. Meskipun demikian, masih ada masalah dalam
penggunaan nilai – nilai ini sebagai indikator murni untuk penyakit tersebut.
Kadar serum amilase dan lipase umumnya meningkat selama 24 jam sampai 48 jam
pertama setelah awitan gejala – gejala.
Pada
pankreatitis ringan, kadar ini dapat mendekati normal dan jika beberapa hari
tidak kambuh maka enzim benar – benar normal meski terjadi proses peradangan
akut pada pankreas.
Pengukuran serum
amilase akan lebih spesifik apabila terdapat kenaikan isoenzim (iso amilase)
atau bila amilase urine juga diukur. Dapat juga terjadi kenaikan jumlah SDP
(sel darah putih) karena proses peradangan dan kenaikan serum glukose karen
akerusakan sel – sel beta. Hipokalemia dapat terjadi karena muntah.
Hipokalsemia umum terjadi pada penyakit yang parah dan biasanya menunjukkan nekrosis
lemak pankreas. Peningkatan serum bilirubin, LDH dan SGOT dan masa protrobin
umum terjadi bersamaan dengan timbulnya penyakit liver
Analisa gas
darah dapat menunjukkan terjadinya hipoksemia dan peningkatan kadar CO2 yang
dapat mennadakan gagal pernafasan.
Secara umum data pengkajian akan dapat
ditampilkan dalam tabel berikut:
Parameter
pengkajian pada pankreatitis akut
|
|
Riwayat kesehatan:
·
Penyakit alkohol
·
Penyakit biliari
·
Mual dan muntah
·
Steatorea
·
Pemudaran warna urine
·
Disposisi herediter
|
Temuan – temuan laboratorium:
·
Kenaikan mailase urine dan serum
·
Kenaikan lipase serum
·
Kenaikan jumlah SDP
·
Hiperglikemia
·
Kenaikan bilirubin, SGOT, LDH
(dengan penyakit hepar).
·
Kenaikan fosfatase alkali (dengan
penyakit biliari).
·
Hipertrigliseridemia
·
Hipokalsemia
·
Hipoksemia
|
Manifestasi klinis:
·
Nyeri abdomen
·
Distensi, sikap menjaga abdomen
·
Ileus paralitik
·
Demam
·
Tanda Grey Turner
·
Tanda Cullen
|
Pemeriksaan diagnostik:
·
Ultrasound
·
Komputerisasi tomografi
·
Magnetic resonance imaging
|
·
Pemeriksaan penunjang
1.
Scan-CT : menentukan luasnya edema dan nekrosis
2.
Ultrasound
abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi inflamasi pankreas, abses,
pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus bilier.
3.
Endoskopi : penggambaran duktus pankreas berguna untuk
diagnosa fistula, penyakit obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus
pankreas. Catatan : prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.
4.
Aspirasi jarum penunjuk CT : dilakukan untuk
menentukan adanya infeksi.
5.
Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus
besar berbatasan dengan pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang lain,
adanya udara bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan
abses, kalsifikasi pankreas.
6.
Pemeriksaan seri GI atas : sering menunjukkan bukti
pembesaran pankreas/inflamasi.
7.
Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran
normal enzim pankreas (kadar normal tidak menyingkirkan penyakit).
8.
Amilase urine : meningkat dalam 2-3 hari setelah
serangan.
9.
Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase,
tetapi tetap tinggi lebih lama.
10. Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum
(mungkin disebabkan oleh penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus
koledokus).
11. Fosfatase
Alkaline : biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh penyakit bilier.
12. Albumin dan
protein serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas kapiler dan
transudasi cairan kearea ekstrasel).
13. Kalsium
serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul penyakit
(biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai nekrosis pankreas).
14. Kalium :
hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster; hiperkalemia dapat
terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis, insufisiensi ginjal.
15. Trigliserida
: kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen penyebab pankreatitis akut.
16. LDH/AST
(SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena gangguan bilier dalam
hati.
17. Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada
80% pasien. Hb mungkin menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat
(hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam
pankreas atau area retroperitoneal.
18. Glukosa
serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama serangan awal atau
akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya kerusakan sel beta dan nekrosis
pankreas dan tanda aprognosis buruk. Urine analisa; amilase, mioglobin,
hematuria dan proteinuria mungkin ada (kerusakan glomerolus).
19. Feses :
peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal pencernaan lemak dan protein
(Dongoes, 2000).
·
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan
pankreatitis akut bersifat simtomatik dan ditujukan untuk mencegah atau
mengatasi komplikasi.Semua asupan per oral harus dihentikan untuk menghambat
stimulasi dan sekresi pankreas.Pelaksanaan TPN (total parental nutrition) pada
pankreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi yang penting, khusus pada
pasien dengan keadaan umum yang buruk, sebagai akibat dari stres metabolik yang
menyertai pankreatitis akut. Pemasangan NGT dengan pengisapan (suction) isi
lambung dapat dilakukan untuk meredakan gejala mual dan muntah, mengurangi
distensi abdomen yang nyeri dan ileus paralitik serta untuk mengeluarkan asam
klorida.
ü Penanganan
Nyeri. Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan tindakan yang
esensial dalam perjalanan penyakit pankreatitis akut karena akan mengurangi
rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi pankreas.
ü Perawatan
Intensif. Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang
rendah diperlukan untuk mempertahankan volume cairan serta mencegah gagal
ginjal akut.
ü Perawatan
Respiratorius. Perawatan respiratorius yang agresif diperlukan karena risiko
untuk terjadinya elevasi diafragma, infiltrasi serta efusi dalam paru dan atelektasis
cenderung tinggi.
ü Drainase
Bilier. Pemasangan drainase bilier dalam duktus pankreatikus melalui endoskopi
telah dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas. Terapi ini akan membentuk
kembali aliran pankreas dan akibatnya, akan mengurangi rasa sakit serta
menaikkan berat badan.
ü Penatalaksanaan
Pasca-akut. Antasid dapat diberikan ketika gejala akut pankreatitis mulai
menghilang. Pemberian makanan makanan per oral yang rendah lemak dan protein
dimulai secara bertahap. Kafein dan alkohol tidak boleh terdapat dalam makanan
pasien.
ü Pertimbangan
Gerontik. Pankreatitis akut dapat mengenai segala usia meskipun demikian, angka
mortalitas pankreatitis akut meningkat bersamaan dengan pertambahan usia.
ü Tindakan Bedah
Tindakan segera untuk eksplorasi bedah pada umumnya tidak dilakukan, kecuali pada kasus-kasus berat di mana terdapat:
Tindakan segera untuk eksplorasi bedah pada umumnya tidak dilakukan, kecuali pada kasus-kasus berat di mana terdapat:
a.
Perburukan sirkulasi dan fungsi paru sesudah beberapa
hari terapi intensif.
b.
Pada kasus pankreatitis hemoragik nekrosis yang
disertai dengan rejatan yang sukar diatasi.
c.
Timbulnya sepsis.
d.
Gangguan fungsi ginjal yang progresif.
e.
Tanda-tanda peritonitis.
f.
Bendungan dari infeksi saluran empedu.
g.
Perdarahan intestinal yang berat.
Tindakan bedah juga dapat dilakukan sesudah penyakit berjalan beberapa
waktu (kebanyakan sesudah 2-3 minggu perawatan intensif) bilamana timbul
penyulit seperti pembentukan pseudokista atau abses, pembentukan fistel, ileus
karena obstruksi pada duodenum atau kolon, pada perdarahan hebat
retroperitoneal atau intestinal.
Asuhan
keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Anamnesa
ü Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis
kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan. Dimana
beberapa faktor tersebut dapat menempatkan klien pada resiko pada pankreatitis
akut.
ü Keluhan
utama
Nyeri hampir selalu merupakan
keluhan yang diberikan oleh pasien dan nyeri dapat terjadi di epigastrium,
abdomen bawah atau terlokalisir pada daerah torasika posterior dan lumbalis.
Nyeri bisa ringan atau parah atau biasanya menetap dan tidak bersifat kram
(Sabiston, 1994).
ü Riwayat
penyakit sekarang
Riwayat kesehatan juga mencakup
pengkajian yang tetap tentang nyeri, lokasi, durasi, faktor-faktor pencetus dan
hubungan nyeri dengan makanan, postur, minum alkohol, anoreksia, dan
intoleransi makanan (Hudak dan Gallo, 1996).
ü Riwayat
penyakit dahulu
Kaji apakah pernah mendapat
intervensi pembedahan seperti colecystectomy, atau prosedur diagnostik seperti
EKCP. Kaji apakah pernah menderita masalah medis lain yang menyebabkan
pankreatitis meliputi :
¤ ulkus
peptikum
¤ gagal ginjal
¤ vaskular
disorder
¤ hypoparathyroidism
¤ hyperlipidemia
Kaji apakah klien pernah mengidap
infeksi virus dan buat catatan obat-obatan yang pernah digunakan (Donna D,
1995).
ü Riwayat
kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga yang
mengkonsumsi alkohol, mengidap pankreatitis dan penyakit biliaris (Donna D,
1995).
ü Pengkajian psikososial
Penggunaan
alkohol secara berlebihan adalah hal yang paling sering menyebabkan
pankreatitis akut. Perlu dikaji riwayat penggunaan alkohol pada klien, kapan
paling sering klien mengkonsumsi alkohol. Kaji apakah klien pernah mengalami
trauma seperti kemtian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan yang
berkontribusi terhadap peningkatan penggunaan alkohol. (Donna D, 1995)
ü Pola
aktivitas
Klien dapat melaporkan adanya
steatorea (feses berlemak), juga penurunan berat badan, mual, muntah. Pastikan
karakteristik dan frekuensi buang air besar (Huddak & Gallo, 1996).
Perlu mengkaji status nutrisi klien dan cacat faktor yang dapat menurunkan kebutuhan nutrisi.
Perlu mengkaji status nutrisi klien dan cacat faktor yang dapat menurunkan kebutuhan nutrisi.
(Suzanna Smletzer,
1999).
b. Pemeriksaan fisik
ü Tanda-tanda
vital
Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi, dan
penurunan tekanan darah (Donna D, 1995). Demammerupakan gejala yang umum
biasanya (dari 39° C). demam berkepanjangan dapat menandakan adanya komplikasi
gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis, kolesistitis atau absese
intra abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
ü Sistem
gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga
terdapat distensi abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus
menurun atau hilang karena efek proses peradangan dan aktivitas enzim pada
motilitas usus. Hal ini memperberat ketidakseimbangan cairan pada penyakit ini.
Pasien dengan penyakit pankreatitis yang parah dapat mengalami asites, ikterik
dan teraba massa abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
ü Sistem
cardiovaskular
Efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam sirkulasi
adalah vasodilatasi perifer yang pada gilirannya dapat menyebabkan hipotensi
dan syok. Penurunan perfusi pankreas dapat menyebabkan penurunan faktor
depresan miokardial (MDF). Faktor depresan miokardial diketahui dapat
menurunkan kontraktilitas jantung. Seluruh organ tubuh kemudian terganggu
(huddak & Gallo, 1996).
ü Sistem
sirkulasi
Resusitasi cairan dini dan agresif
diduga dapat mencegah pelepasan MDF. Aktivasi tripsin diketahui dapat
mengakibatkan abnormalitas dalam koagulitas darah dan lisis bekuan. Koagulasi
intravaskular diseminata dengan keterkaitan dengan gangguan perdarahan selanjutnya
dapat mempengaruhi keseimbangan cairan (Sabiston, 1994).
ü Sistem
respirasi
Pelepasan enzim-enzim lain (contoh
fosfolipase) diduga banyak menyebabkan komplikasi pulmonal yang berhubungan
dengan pankretitis akut. Ini termasuk hipoksemia arterial, atelektasis, efusi
pleural, pneumonia, gagal nafas akut dan sindroma distress pernafasan akut
(Huddak & gallo, 1996).
ü Sistem
metablisme
Komplikasi metabolik dari
pankreatitis akut termasuk hipokalsemia dan hiperlipidemia yang diduga
berhubungan dengan daerah nekrosis lemak disekitar daerah pankreas yang
meradang. Hiperglikemia dapat timbul dan disebabkan oleh respon terhadap
stress. Kerusakan sel-sel inset langerhans menyebabkan hiperglikemia
refraktori. Asidosis metabolik dapat diakibatkan oleh hipoperfusi dan aktivasi
hipermetabolik anaerob (Huddak & Gallo,1996).
ü Sistem
urinari
Oliguria, azotemia atau trombosis vena renalis bisa
menyebabkan gagal ginjal (Sabiston, 1994).
ü Sistem
neurologi
Kaji perubahan tingkah laku dan sensori yang dapat
berhubungan dengan penggunaan alkohol atau indikasi hipoksia yang disertai syok
(Donna D, 1995)
ü Sistem
integumen
Membran mukosa kering, kulit dingin dan lembab,
sianosis yang dapat mencerminkan dehidrasi ringan sampai sedang akibat muntah
atau sindrom kebocoran kapiler. Perubahan warna keunguan pada panggul (tanda
turney grey) atau pada area periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada nekrosis
hemoragik yang luas (Sandra M, 2001).
2. Diagnosa keperwatan
v Nyeri
berhubungan dengan proses inflamasi
v Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan mual muntah
v Defisit
volume cairan berhubungan dengan diaphoresis, mual, muntah
v Pola
pernafasan yang tidak efektif berhubungan imobilisasi akibat rasa nyeri yanghebat, infiltrat pulmoner, efusi
pleura dan atelektasi.
v Resiko
infeksi berhubungan dengan imobilisasi, proses inflamasi, akumulasi cairan
v Defisit
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
3.
Intervensi
v Nyeri
Berhubungan Dengan Proses Inflamasi
§ Tujuan :
Nyeri hilang atau terkontrol
§ Kriteria
hasil : Pasien menyatakan nyeri hilang/terkontrol
Pasien
mengikuti program terapeutik
§ Intervensi
dan Rasional :
1)
Selidiki keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan
intensitas khusus (skala 0 -10). Catat faktor-faktor yang meningkatkan dan
mengurangi nyeri.
Rasional :
Pengkajian dan pengendalian rasa nyeri sangat penting karena kegelisahan pasien
meningkatkan metabolisme tubuh yang akan menstimulasi sekresi enzim-enzim
pankreas dan lambung.
2)
Pertahankan tirah baring selama serangan akut. Berikan
lingkungan yang tenang.
Rasional : menurunkan laju metabolik dan rangsangan/
sekresi GI sehingga menurunkan aktivitas pankreas.
3)
Ajarkan teknik distraksi relaksasi
Rasional :
mengalihkan perhatian dapat meningkatkan ambang nyeri/ mengurangi nyeri.
4)
Pertahankan lingkungan bebas lingkungan berbau.
Rasional : rangsangan sensori dapat mengaktifkan enzim
pankreas, meningkatkan nyeri.
5)
Kolaborasi pemberian analgesik narkotik, contoh
meferidin (demerol).
Rasional : meferidin biasanya efektif pada
penghilangan nyeri. Siapkan untuk intervensi bedah bila diindikasikan.
Rasional : bedah eksplorasi mungkin diperlukan pada
adanya nyeri/ komplikasi yang tak hilang pada trakts billier.
v Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Berhubungan Dengan Mual Muntah
§
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 2×24 jam.
§ Kriteria
standart : Menunjukkan peningkatan berat badan
Tidak mengalami malnutrisi
Tidak mengalami malnutrisi
§ Intrvensi
dan rasional
1)
Kaji abdomen, catat adanya/ karakter bising usus,
distensi abdomen dan keluhan mual.
Rasional :
Distensi usus dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan penurunan/ tak
adanya bising usus.
2)
Berikan perawatan oral higiene
Rasional :
menurunkan rangsangan muntah.
3)
Bantu pasien dlam pemilihan makanan/ cairan yang
memenuhi kebutuhan nutrisi dan pembatasan bila diet dimulai.
Rasional :
kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat
ini untuk regenerasi jaringan dan penyembuhan.
4)
Observasi warna/ konsistensi/ jumlah feses. Catat
konsistensi lembek/ bau busuk.
Rasional : steatorea terjadi karena pencernaan lemak
tak sempurna.
5)
Tes urine untuk gula dan aseton
Rasional :
deteksi dini pada penggunaan glukosa tak adekuat dapat mencegah terjadinya
ketoasidosis.
6)
Kolaborasikan pemberian vitamin ADEK
Rasional :
kebutuhan penggantian seperti metabolisme lemak terganggu, penurunan absorbsi/
penyimpangan vitamin larut dalam lemak.
7)
Kolaborasikan pemberian trigliserida rantai sedang
(contoh : MCT, portagen)
Rasional :
MCT memberikan kalori/ nutrien tambahan yang tidak memerlukan enzim pankreas
untuk pencernaan/ absorbsi.
v Defisit Volume Cairan Berhubungan
Dengan Diaphoresis, Mual, Muntah
§ Tujuan :
volume cairan tubuh pasien terpenuhi setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 1×24 jam.
§ Kriteria
hasil : mempertahankan hidarasi kuat, tanda-tanda vital adekuat.
§ Intervensi
dan Rasional :
1)
Awasi tekanan darah dan ukur CVP bila ada
Rasional : penurunan curah jantung/ perfusi organ
buruk sekunder terhadap episode hipotensi dapat mencetuskan luasnya komplikasi
sistemik.
2)
Ukur masukan dan haluaran cairan termasuk muntah atau
aspirasi gaster, diare.
Rasional :
indikator kebutuhan penggantian/ keefektifan terapi
3)
Timbang berat badan sesuai dengan indikasi
Rasional :
penurunan berat badan menunjukkan hipovolemia.
4)
Observasi dan
catat edema perifer dan dependen
Rasional : perpindahan cairan atau edema terjadi
sebagai kibat peningkatan permeabilitas vaskuler, retensi natrium, dan
penurunan tekanan koloid pada kompartemen intravaskuler.
5)
Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi dan irama
Rasional : perubahan jantung/ disritmia dapat
menunjukkan hipovolemia dan/ketidakseimbangan elektrolit, umumnya hipokalemia/
hipokalsemia.
6)
Kolaborasi pemberian cairan sesuai indikasi contoh
cairan garam faal, albumin, produk darah/ darah,dekstran.
Rasional : cairan garam faal dan albumin dapat
digunakan untuk mengikatkan mobilisasi cairan kembali kedalam area vaskuler.
v Pola
Pernafasan Yang Tidak Efektif Berhubungan Dengan Imobilisasi
Akibat Rasa Nyeri Yang Hebat, Infiltrat Pulmoner, Efusi Pleura, Dan Atelektasis
Akibat Rasa Nyeri Yang Hebat, Infiltrat Pulmoner, Efusi Pleura, Dan Atelektasis
§ Tujuan :
perbaikan fungsi respiratorius
§ Kriteria
standart : setelah dilakukan perawatan selama 1×24 jam pola pernafasan klien
kembali normal
§ Intervensi
dan Rasional :
1)
Kaji status pernafasan (frekuensi, pola, suara nafas)
pulsa oksimetri dan gas darah arteri
Rasional : pankreatitis akut menyebabkan edema
retroperitonial, elevasi diafragma, efusi pleura dan ventilasi paru tidak
adekuat
2)
Pertahankan posisi semi fowler
Rasional : penurunan tekanan pada diafragma dan
memungkinkan ekspansi paru yang lebih besar.
3)
Beritahukan dan dorong pasien untuk melakukan nafas
dalam dan batuk setiap jam sekali.
Rasional : menarik nafas dalam dan batuk akan
membersihkan saluran nafas dan mengurangi atelektasis.
4)
Bantu pasien membalik tubuh dan mengubah posisi tiap 2
jam sekali.
Rasional :
Pengubahan posisi sering membantu aerasi dan drainase semua lobus paru.
v Resiko
Infeksi Berhubungan Dengan Immobilisasi, Proses Inflamasi, Akumulasi Cairan
§ Tujuan :
Setelah diadakan intervensi keperawatan klien tidak mengalami infeksi/infeksi
tidak terjadi.
§ Kriteria
hasil :
§ Meningkatkan waktu penyembuhan
§ Klien bebas infeksi
§ Berpartisipasi pada aktifitas untuk mengurangi resiko nyeri
§ Meningkatkan waktu penyembuhan
§ Klien bebas infeksi
§ Berpartisipasi pada aktifitas untuk mengurangi resiko nyeri
§ Inervensi dan rasinal
1)
Gunakan teknik
aseptik ketat bila mengganti balutan bedah atau bekerja dengan infus
kateter/selang,drain.Ganti balutan dengan cepat.
Rasional : membatasi sumber infeksi,dimana dapat
menimbulkan sepsis pada pasien.
2)
Tekankan pentingnya mencuci tangan dengan baik.
Rasional : menurunkan resiko kontaminasi silang.
3)
Observasi frekuensi dan krakteristik pernapasan,bunyi
napas.Cata adanya batuk dan produksi sputum.
Rasional : akumulasi cairan dan keterbatasan mobilitas
mencetuskan infeksi pernapasan dan atelektasis.
4)
Observasi tanda infeksi seperti demam dan distress
pernapasan.
Rasional :
mendeteksi dini terjadinya infeksi pada pasien.
v Defisit
Pengetahuan Tentang Kondisi,Prognosis Dan Kebutuhan Pengobatan.
§ Tujuan :
Klien memahami tentang proses penyakit dan prognosanya setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan.
§ Kriteria
Standart:
§ Memahami proses penyakit dan prognosanya.
§ Memahami proses penyakit dan prognosanya.
§ Melakukan
perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
§ intervensi dan Rasional:
1)
Kaji ulang penyebab khusus terjadinya episode dan
prognosis
Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi.
2)
Diskusi penyebab
lain/faktor yang berhubungan.
Contoh : masukan alcohol berlebihan, penyakit kandung empedu,ulkus
duodenum, hiperlipidemia,dan beberapa obat (contoh:kontrasepsi
oral,tiazid,lasix).
Rasional : penghindaran
dapat membantu membatasi kerusakan dan mencegah terjadinya kondisi kronis.
3)
Anjurkan menghentikan merokok
Rasional :
nikotin merangsang sekresi gaster dan aktivitas pankreas yang tak perlu.
4)
Diskusikan tanda dan gejala DM ,contoh : polidipsia,
poliuria, kelemahan, penurunan berat badan.
Rasional : kerusakan
sel beta dapat mengakibatkan gangguan produksi insulin sementara atau permanen
maksih berbagi itu indah
BalasHapus